Refleksi Nishfu Sya’ban: Momen Meningkatkan Ketaatan dan Menyudahi Permusuhan

Bewara Muslim – Pada bulan Sya’ban terdapat malam Nishfu Sya’ban (pertengahan bulan Sya’ban). Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam pun memuliakannya, sebagaimana disebutkan dalam sabda-Nya:

يُطَلِّعُ اللهُ تَبَارَكَ وَتَعَالَى إِلَى خَلْقِهِ لَيْلَةَ النِّصْفِ مِنْ شَعْبَانَ فَيَغْفِرُ لِجَمِيْعِ خَلْقِهِ إلاَّ لمُشْرِكٍ أَوْ مُشَاحِنٍ

“Allah Tabaraka wa Ta’ala memperhatikan makhluk-Nya di malam Nishfu Sya’ban, kemudian mengampuni semua dosa makhluk-Nya, kecuali orang musyrik dan saling bermusuhan.” (HR. Ibnu Hibban)

Inilah momen penting bagi orang yang melakukan kesalahan dan melalaikan hak Allah, agama, dakwah dan kewajiban-Nya. Inilah momen untuk menghapus dendam dalam hati kepada saudara-saudara kita. Maka, tak ada tempat bagi pendendam, pendengki dan orang yang saling bermusuhan. Karena itu, ucapan yang keluar dari lisan kita adalah:

رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلإِخْوَانِنَا الَّذِينَ سَبَقُونَا بِالإِيمَانِ وَلاَ تَجْعَلْ فِي قُلُوبِنَا غِلاًّ لِّلَّذِينَ آمَنُوا رَبَّنَا إِنَّكَ رَءُوفٌ رَّحِيمٌ

“Tuhan kami, ampunilah kami dan saudara-saudara kami yang telah mendahului kami dalam beriman. Jangan jadikan kebencian dalam hati-hati kami terhadap orang yang beriman. Wahai Tuhan kami, Engkaulah Dzat yang Maha Kasih lagi Maha Penyayang.” (QS. al-Hasyr: 10)

Karena bulan Sya’ban ini adalah bulan yang terhimpit di antara dua bulan yang luar biasa, bulan suci [haram] Rajab, dan bulan agung [azhim] Ramadhan, maka tak jarang bulan ini pun terlewatkan. Karena itu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengingatkan:

ذَلِكَ شَهْرٌ يَغْفَلُ عَنْهُ النَّاسُ

“Itu adalah bulan, dimana orang-orang melalaikannya.” (HR. at-Tirmidzi dan an-Nasa’i dari Usamah bin Zaid ra)

Para ulama’ pun mengatakan, “Hadits ini menjadi dalil tentang disunahkannya menghidupkan waktu-waktu yang dilalaikan orang, dengan ketaatan. Itu tentu lebih dicintai Allah Azza wa Jalla. Sebagian ulama’ salaf suka menghidupkan waktu di antara dua Isya’ [Maghrib-Isya’] dengan shalat. Mereka mengatakan, “Ini adalah waktu yang dilalaikan.”

Allah Subhanahu wa Ta’ala mengistimewakan malam Nishfu Sya’ban sehingga disunnahkan untuk menghidupkan pada malam ini dengan amalan baik, shalat, dzikir, istighfar dan doa. Tidak ada tuntunan seperti doa dan shalat khusus di malam Nishfu Sya’ban maka amalan ibadah yang dibenarkan syariat dapat diamalkan malam tersebut.

Ketuklah pintu-pintu surga itu dengan dzikir, shalat dan qiyamul lail, saat orang terlelap dalam tidurnya. Ketuklah pintu-pintu surga itu dengan terus berharap, memohon dan berdoa kepada-Nya. Abu Darda’ pun berkata:

جِدُّوْا بِالدُّعَاءِ، فَإِنَّهُ مَنْ يَكْثُرُ قَرْعَ الْبَابِ يُوْشِكُ أَنْ يَفْتَحَ لَهُ
“Bersungguh-sungguhnya dengan berdoa, karena siapa saja yang banyak mengetuk pintu-Nya, hampir pasti Dia akan membukakan pintu untuknya.”

Madinah Nashr, Cairo, 14 Sya’ban 1443 H
Yuana Ryan Tresna

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *